Selasa, 19 Juni 2012

cerpen: presiden mengajak istrinya untuk menolong orang yang akan melahirkan


PRESIDEN MENGAJAK ISTRINYA UNTUK MENOLONG ORANG YANG AKAN MELAHIRKAN
19062012
Cerpen: Yafshil Ismal

Sebagai seorang presiden yang memegang jabatan tertinggi, dia sering sekali ronda malam untuk menjaga kota atau pun melihat keadaan rakyatnya. Pada suatu malam, seperti biasanya dia keluar dan berjalan jalan berkeliling kota. Suatu ketika pandangannya tertuju ke arah sebuah kemah tua yang terbuat dari kulit onta. Kemah itu tegak di tanah lapang. Selama ini dia tidak pernah melihat kemah itu. Sehingga dia penasaran untuk menghampirinya. Sesampainya di kemah, dia mendengar suara rintihan seorang perempuan yang sedang kesakitan di dalamnya, sedangkan di luar dekat kemah ada seorang laki-laki yang termenung bingung.

Presiden memberi salam kepada laki-laki itu, lalu duduk di sebelahnya dan bertanya, “Dari mana anda datang?” Laki-laki itu menjawab, “Wahai tuan, sungguh saya ini orang asing yang datang dari sebuah dusun. Saya datang untuk mengharapkan belas kasih dari Presiden.”

Presiden pun menawarkan kebaikan kepada laki-laki itu, “Kalau anda memerlukan pertolongan, saya bersedia membantu.” Presiden bertanya, “Mengapa terdengar suara rintihan seorang perempuan dari dalam kemah?”
Laki-laki itu tidak menjawab pertanyaan presiden. Yang dikatakannya adalah “Silakan engkau pergi dan uruslah pekerjaanmu sendiri.”
Presiden berkata lagi, “Tolonglah beritahu aku, barangkali aku dapat menolongnya.”

Karena agak sedikit didesak, akhirnya laki-laki itu berkata, “Baiklah jika engkau ingin mengetahuinya. Sungguh yang sedang merintih-rintih mengerang di dalam kemah ini adalah istri ku yang sedang kesakitan karena ingin melahirkan anak yang dikandungnya.”

Presiden bertanya, “Adakah seseorang di dalam kemah ini yang sedang merawat istri mu?”
“Tidak, tidak ada seorang pun.” Kata laki-laki itu.

Setelah presiden mendengarkan hal itu, lalu dia cepat-cepat pulang ke rumahnya, kemudian memberitahukan kejadia tersebut kepada istrinya. Kata presiden, “Wahai istriku, sungguh Tuhan telah membuka peluang bagimu, jalan yang sangat mulia di sisi Tuhan, supaya berjasa pada malam hari ini.”
Istrinya terkejut dan penuh dengan tanda tanya, “Wahai suami ku, apakah maksudmu itu?”
Presiden menjawab, “Dengarlah istriku, di ujung jalan  sebelah sana ada sebuah kemah tua, dimana penghuninya datang dari sebuah dusun. Dalam kemah itu ada seorang perempuan yang sedang mengerang merintih menahan sakit yang amat sangat, karena ingin melahirkan anak yang sedang dikandungnya. Tidak ada seorang pun yang merawatnya.”
Istrinya menjawab, “Wahai suamiku, aku bersedia merawatnya, karena kewajibanku adalah melaksanakan keinginan dan kemuliaan hati suamiku.”

Presiden berkata kepada istrinya, “Wahai istriku, cepatlah kita ke sana, bawalah ceret dan makanan serta semua alat-alat yang diperlukan.”
Dengan kerelaan dan keikhlasan, istri menuruti permintaan suaminya. Lalu dengan segera menuju ke arah kemah tua itu. Presiden berjalan berdampingan dengan istri yang setia disebelahnya.
Setelah sampai, istri presiden pun masuk ke dalam kemah dan presiden menunggu di luar sambil menyalakan api, guna memasak makanan untuk penghuni kemah tua tersebut.

Beberapa lama kemudian, terdengar istri presiden memanggil suaminya dari dalam kemah itu, “Wahai pemimpin umat, ucapkanlah selamat tanda kesyukuranmu untuk saudaramu ini, karena ia telah melahirkan seorang anak lelaki.”

Ketika mendengar panggilan “Pemimpin umat” dari istrinya, penghuni kemah itu merasa malu. Mereka baru menyadari bahwa orang yang sudah bersusah payah berkorban menolong mereka adalah seorang presiden yang terkenal dan mulia.
Namun presiden mengerti perasaan saudaranya terhadap dirinya. Dengan lemah lembut presiden berkata, “Tidak mengapa saudara, janganlah kedudukan atau jabatanku ini membebani perasaan saudara.”
Kemudian presiden meletakkan cerek air di tepi kemah itu dan menyuruh istrinya membawa masuk ke dalam dan memberi makanan yang telah dimasaknya tadi kepada istri penghuni kemah itu.
Setelah semuanya beres, presiden pun berpamitan sambil berkata, “Datanglah menemuiku besok, aku akan mencoba untuk menolongmu.”

Presiden yang dimaksud dalam cerita ini adalah Umar r.a. ketika memegang jabatan sebagai Khalifah.

Selesai.

Pelajaran yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah:
Apakah ada seorang presiden, raja, pemimpin, atau pun orang kaya di masa sekarang ini yang sanggup bersusah payah di malam hari hanya untuk menolong seorang yang miskin apalagi tidak dikenal...??? 
    

   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar