Minggu, 29 April 2012

artikel: assalamu'alaikum; ucapan peminta-minta?

ASSALAMU’ALAIKUM; UCAPAN PEMINTA-MINTA?
 Oleh Yafshil Ismal, S.Pd
 (Guru IPA di SMPN 1 Baso dan di SMPS TahfizhulQur’an Balai Gurah Ampek Angkek)

Ada orang yang berpendapat, ucapan salam pada akhir-akhir ini tidak perlu lagi diucapkan apabila berkunjung ke rumah orang lain. Alasannya, sudah banyak yang mempunyai bel tamu di depan pintu rumah mereka. Malah ada bel tamu yang bisa berbunyi “Assalamu’alaikum.”
Kata mereka lagi, “Kelihatannya seperti orang minta-minta yang selalu mengobral assalamu’alaikum.”
Pernah teman menyampaikan pengalamannya kepada penulis, sewaktu ia bertamu ke rumah orang lain, sebagai berikut:
Pada waktu itu aku baru balik dari masjid, selesai  shalat berjamaah. Karena ada suatu keperluan yang akan disampaikan kepada seseorang yang bertempat tinggal tidak jauh dari masjid, maka aku langsung ke rumahnya.
Di teras depan rumah, aku mengucapkan salam. Sebentar aku  menunggu, dengan harapan ada orang yang menjawab. Tetapi tidak ada jawaban. ”Apakah orang di dalam rumah tidak mendengar ucapan salam, atau aku  yang tidak mendengar jawaban?” Tanya ku dalam hati.
 Aku mengulangi ucapan salam, hingga yang ke tiga kalinya. Tak lama kemudian keluar seorang anak, lalu berkata: “Maaf dulu pak!” Anak itu dengan cepat berlalu dari hadapanku. Ia kembali masuk ke dalam rumah.
“Astagafirullah!” Seruku perlahan. Aku termenung sebentar dan berfikir tentang kejadian barusan, apa gerangan yang menyebabkan anak tadi mengatakan “Maaf dulu pak!”
Kemudian aku menyadari, aku sedang memakai sarung dan berkopiah, serta mengucapkan assalamu’alaikum. Anak itu mungkin berpikiran, bahwa aku adalah peminta-minta.
Peristiwa lain, yang pada pokoknya menghubungkan assalamu’alaikum dengan ucapan orang minta-minta, yaitu mereka menjawab dengan “Maaf dulu pakiah” Apakah jawaban ini mencemooh atau berseloroh? Padahal belum dijawab dengan wa’alaikum salam. 
Malah ada orang yang berpendapat, assalamu’alaikum bisa diganti dengan ucapan lain, seperti selamat pagi, selamat siang, dan selamat malam. 
Mengucapkan salam adalah sunat, sedangkan menjawabnya adalah wajib.
Untuk itu renungkanlah perkataan ulama berikut ini:
Penghormatan orang Nashara dengan meletakkan tangan di mulut,  orang Yahudi lewat berisyarat dengan jari, orang Majusy dengan menyondongkan badan, orang Arab lewat ucapan “Hayyaakalaahu” (Semoga Allah memberikan penghormatan kepadamu). Penghormatan orang beriman dengan ucapan: Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Inilah penghormatan yang paling mulia atau paling baik. (Usman Alkhaibawi. Durratun Nasihin. Almunawar, Semarang, Jld. I hal.217).
Terjemahan qur’an dan hadis berikut, dapat dijadikan pedoman:
Jika kamu diberi penghormatan atau salam, maka balaslah dengan yang lebih sempurna, atau dengan yang setimpal. (QS. 4: 86).
Dibawakan oleh Anas dll, bahwa Rasulullah Saw. silaturahmi kepada kaum Anshar. Suatu hari Rasulullah Saw. datang ke rumah Sa’ad bin Ubadah. “Assalamu’alaikum warahmatullah” Ucap beliau. “Wa’alaikum salam warahmatullah” Jawab Sa’ad dengan perlahan. Sehingga Rasulullah tidak mendengarnya. Rasulullah mengulangi salam sampai tiga kali. Sa’ad pun menjawab sebanyak itu pula. Namun tetap dengan perlahan sehingga tidak terdengar oleh Rasullullah.
Sudah menjadi kebiasaan Rasulullah untuk tidak mengulangi salam lebih dari tiga kali. Nabi berbalik hendak pulang. Sa’ad menyusul seraya berkata:
“Demi Allah, ya Rasulullah. Tiap kali baginda mengucap salam, tiap kali pula saya jawab. Saya sengaja menjawab dengan suara perlahan agar baginda tak mendengar dengan harapan baginda lebih banyak lagi mengucapkan salam untuk kami. Kami berharap banyak memperoleh berkah karenanya. Kini, silakan masuk ya Rasulullah.” (Riwayat Ahmad, Ibnu ‘Asakir, Abu Daud, dll).
Jelas bagi kita, “Assalamu’alaikum” adalah ucapan penghormatan bagi orang muslim yang wajib dijawab, dan sebagai doa yang hendaknya disyiarkan. (Pernah dimuat di "GANTO" Koran Kampus IKIP/UNP). 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar