Sabtu, 28 April 2012

artikel: KIAT AGAR TERHINDAR DARI LILITAN HUTANG

 KIAT AGAR TERHINDAR DARI LILITAN HUTANG
Yafshil Ismal, S.Pd
(Guru IPA di SMPN 1 Baso dan SMP Tahfizhulqur’an Balai Gurah Ampek Angkek)

Banyak permasalahan dalam kehidupan di dunia ini. Masalah dapat menimbulkan keluh kesah, gelisah, dan susah. Lebih-lebih masalah dililit hutang.
Sebenarnya melakukan pinjaman atau hutang, boleh dan sah-sah saja dilakukan, asalkan persoalannya adalah untuk keperluan apakah hutang dilakukan atau bahkan hutang malah ditambah?
Kalaulah pinjaman (hutang) yang diperoleh dapat dikelola dengan baik atau bahkan mampu untuk menghasilkan pemasukan (halal) yang lebih besar dari hasil pinjaman itu, hal ini tentu tidak jadi masalah.
Kebanyakan lain ceritanya, dengan membuat hutang atau bahkan menambah hutang akan membuat persoalan atau malah menambah pula masalah, apalagi jika pengelolaan uang hasil hutang tersebut tidak dilakukan dengan bijak.
Meminjam uang dalam jumlah yang cukup besar, dimana uang tersebut digunakan untuk kebutuhan konsumtif, bulan pertama, kedua masih biasa saja dalam menikmati uang hasil pinjaman tersebut. Terasa seperti banyak rezeki. Lama kelamaan mulai terasa susah. Mau tidak mau setiap bulan hidup dengan uang yang pas-pasan atau bahkan kekurangan. 
Bagi yang sudah terlanjur, ya.. mau diapakan lagi, untuk itu carilah solusinya agar hutang bisa cepat dilunasi.

Berikut kiat agar terhindar dari lilitan hutang:
  1. Mengetahui dan mengingat hadis-hadis tentang masalah hutang.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah Saw. bersabda, Ruh seorang mukmin itu tergantung kepada hutangnya hingga dibayarkan hutangnya, (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, Ad-Darimi, Ibnu Majah, dan Al-Baghawi).
Hadis ini menunjukkan bahwa seseorang akan tetap dipersoalkan dengan hutangnya walaupun ia telah meninggal dunia. Sehingga sangat dianjurkan untuk melunasi hutang sebelum meninggal dunia.
Jika seseorang telah meninggal dunia lebih dahulu sementara dia masih berhutang maka yang pertama kali diurus adalah membayarkan hutang-hutangnya, meskipun menghabiskan seluruh hartanya dan tidak meninggalkan warisan.
Ini menunjukkan bahwa hutang adalah sebuah tanggung jawab yang sangat berat, dunia dan akhirat.  
  1. Janganlah memaksakan diri untuk berhutang.
Meminjam dapat menjadi wajib hukumnya jika pinjaman tersebut digunakan dalam rangka menjaga kelangsungan hidup seseorang atau untuk menjaga harta seseorang.
Kalau tidak dalam kondisi darurat atau terpaksa, janganlah berhutang. 
  1. Hendaklah merasa malu untuk berhutang.
Orang yang terpaksa berhutang, biasanya orang yang sedang dalam kondisi kekurangan atau bahkan kelaparan. Jika tidak dalam keadaan yang seperti ini, mengapa harus berhutang? Apakah tidak malu dianggap orang yang selalu dalam kekurangan? Padahal dalam keadaan berkecukupan.
Sesungguhnya di antara perkataan para nabi terdahulu yang ditemukan oleh orang-orang adalah: “Apabila engkau tidak merasa malu, maka lakukanlah apa yang engkau kehendaki.” (Riwayat Bukhari). 
  1. Hindari kebiasaan untuk mengambil kredit.
Mengambil kredit sangat mudah dan cepat, yang perlu dipikirkan atau dipertimbangkan adalah mengansur kredit tersebut. Ini jelas akan menjadi beban tiap bulan. Apalagi kredit yang diambil banyak dan dalam jumlah yang besar serta dalam jangka waktu yang lama. Akan memusingkan diri sendiri nantinya. 
  1. Jadikanlah hutang sebagai prioritas utama untuk segera dilunasi.
Jika mendapatkan rezeki yang berlebih, hendaklah dengan segera lakukan pelunasan terhadap hutang.
Bukan gali lubang tutup lubang, atau berhutang disini untuk melunasi yang di sana. Berhutang di sana untuk melunasi yang di sini.
Kalau tidak cepat dilunasi, apakah ada jaminan orang yang berhutang akan diberi-Nya umur panjang?
  1. Hendaklah merasa diri berkecukupan dengan apa yang diberikan-Nya.
Syukurilah nikmat yang sudah diberi-Nya. Melihatlah ke bawah (kepada orang yang lebih susah atau lebih menderita). Jangan melihat ke atas (kepada orang yang lebih kaya).
Jika ini diabaikan, kemungkinan orang akan menambah hutang. Hutang yang semakin banyak jelas akan menambah kesusahan.
Janganlah kalian berhutang, karena sesungguhnya hutang itu merupakan kesusahan di malam hari dan kehinaan di siang hari, (Riwayat Baihaqi).

  1. Berzakat dan sedekah
Aneh kedengarannya. Banyak hutang malah dianjurkan untuk bersedekah. Sedekah tidak akan mengurangi harta kekayaan. Tidak membuat rugi, malah akan mendapat manfaat, biar sedikit yang penting ikhlas. Yakinlah, Allah akan membalas dengan rezeki yang berlipat ganda.
Bila penghasilan cukup senisab keluarkanlah zakatnya. Ini kewajiban, jangan diabaikan. Disini ada hak fakir miskin. Gunanya untuk membersihkan penghasilan. Juga untuk kebahagiaan kelak di akhirat.
  1. Meneladani kehidupan orang yang shalih.
Orang yang shalih, orang yang banyak bersyukur. Hidup penuh dengan kesederhanaan. Menerima apa adanya. Tidak tamak atau tidak rakus. Bersifat sabar dan banyak berdoa.  
  1. Doa
Rasulullah mengajarkan doa sebagai berikut:
Ingatlah, aku akan memberitahukan kepada kalian tentang suatu doa, bilamana doa tersebut engkau ucapkan, niscaya Allah Swt. akan melenyapkan kesusahanmu, dan membayar semua hutangmu. Ucapkanlah doa berikut ini di waktu pagi dan sore hari, yaitu: “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesusahan dan kesedihan, dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan sifat kikir, dan aku berlindung kepada-Mu dari hutang yang tak terbayarkan dan dari penindasan orang-orang.” (Riwayat Abu Daud).
Demikianlah kiat agar terhindar dari lilitan hutang. Apakah masih ada niat untuk berhutang atau bahkan menambah hutang?
Hutang yang lama saja belum dilunasi..! Apakah belum ada niat untuk melunasi..! Atau barangkali niat untuk melunasi sudah ada, tapi usaha yang sungguh-sungguh agar cepat terlunasinya belum maksimal.

Sumber bacaan:
- Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Adab-adab dan Etika Hutang Piutang. Pustaka At-Taqwa. Cet. kedua April 2010.
- Sumber lain yang relevan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar