Jumat, 18 Januari 2013

PELAJARAN TENTANG GAYA


PELAJARAN TENTANG GAYA
Definisi 'gaya'
1) kesanggupan untuk berbuat; kuat;  Fisika: (a) dorongan atau tarikan yg akan menggerakkan benda bebas (tak terikat); (b) besaran yg mempunyai besar dan arah tertentu; (c) suatu interaksi yang bila bekerja sendiri menyebabkan perubahan keadaan gerak benda.
Gaya berat, gaya yg arahnya menuju pusat bumi yg menyebabkan benda jatuh mendapat percepatan; Gaya magnet, untuk menarik atau menolak besi dari suatu magnet; Gaya pegas kekuatan melenting.
2) sikap; sikap yang elok; gerak-gerik yang bagus; menggaya, bergaya sehingga tampak gagah, menggayakan , memperbuat supaya elok (bergaya tertentu).
3) ragam (cara rupa, bentuk, dsb) yg khusus (mengenai tulisan, karangan, pemakaian bahasa, bangunan rumah, dsb).
4) cara; melakukan gerakan dalam olahraga (renang, lompat, dsb)
5)lagak lagu; tingkah laku.

Hukum Newton I:
“Setiap benda akan memiliki kecepatan yang tetap kecuali ada gaya yang resultannya tidak nol bekerja pada benda tersebut.”

Dapat pula dijelaskan Hukum Newton I sebagai berikut:
Setiap benda akan mempertahankan keadaan diam atau bergerak lurus beraturan, kecuali ada gaya yang bekerja untuk mengubahnya.
Dengan kata lain:
Sebuah benda yang sedang diam akan tetap diam kecuali ada resultan gaya yang tidak nol bekerja padanya.
Sebuah benda yang sedang bergerak, tidak akan berubah kecepatannya kecuali ada resultan gaya yang tidak nol bekerja padanya.

Hukum Newton diterapkan pada benda yang dianggap sebagai partikel, dalam evaluasi pergerakan misalnya, panjang benda tidak dihiraukan, karena obyek yang dihitung dapat dianggap kecil, relatif terhadap jarak yang ditempuh. Perubahan bentuk dan rotasi dari suatu obyek juga tidak diperhitungkan dalam analisisnya. Maka sebuah planet dapat dianggap sebagai suatu titik atau partikel untuk dianalisa gerakan orbitnya mengelilingi sebuah bintang.
Dalam bentuk aslinya, hukum gerak Newton tidaklah cukup untuk menghitung gerakan dari obyek yang bisa berubah bentuk (benda tidak padat).
Hukum Newton II dan Hukum Newton III, jadi PR buat kamu, ya..!
(Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_gerak_Newton

Sabtu, 12 Januari 2013

artikel: IBU PENDIDIK UTAMA DALAM KEHIDUPAN


IBU PENDIDIK UTAMA DALAM KEHIDUPAN

Kami perintahkah kepada manusia, harus berlaku baik kepada kedua orang tuanya, terutama ibu yang telah mengandungnya dalam keadaan lemah di atas kelemahan serta menyusui hingga menyapihnya dalam masa dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua ayah bundamu, (QS. 31: 14).
Setiap manusia tidak akan pernah mengingkari bahwa dirinya tidak dapat hidup tanpa orang lain. Kebutuhan terhadap orang lain memerlukan suatu hubungan yang baik. Bagaimana hubungan yang baik antara suami dan istri, antara sanak keluarga, antara ibu dan bayinya atau antara orang tua dan anaknya; semuanya sudah diatur atau digariskan Allah Swt.
Jika kita perhatikan dan simak lebih dalam firman Tuhan pada awal tulisan ini, maka akan terbayanglah, betapa susah payah seorang ibu yang mengandung dan melahirkan. Masa mengandung sampai memisahkan dari susuan selama tiga puluh bulan.
Kemudian peranan ibu dalam rumah tangga begitu penting, mempunyai tanggung jawab yang sangat berat, dan penuh tantangan.
Ibu adalah pendidik utama dalam kehidupan dan ibulah yang membentuk generasi mendatang.
Tidak aneh kedengarannya bila seseorang yang datang kepada Nabi Saw. dan bertanya siapakah yang berhak aku layani dengan sebaik-baiknya, Rasulullah Saw. menjawab ibumu, sampai tiga kali. Baru kemudian ayahmu.
Begitu juga dengan seorang laki-laki yang menemui Nabi Saw. dan berkata “Ya Rasulullah, aku ingin mengikuti ekspedisi militer, bagaimanakah pendapatmu?” Beliau bertanya balik: “Apakah kamu memiliki ibu?” Ketika lelaki itu menjawab iya, Rasulullah Saw. mengatakan “Tinggallah bersama ibumu karena surga terletak di bawah telapak kakinya” (Hadis).
Kalimat terakhir pada hadis di atas Surga terletak di bawah telapak kaki ibu bukanlah falsafah atau ungkapan biasa. Kata-kata tersebut mengandung suatu makna yang tinggi. Tak kan pernah lapuk kena hujan, tak kan pernah lekang kena panas. Akan berlaku terus walau musim telah berganti ataupun zaman telah canggih, dan akan tetap berkumandang di seluruh pelosok dunia.
Mintalah ridho kepada kedua orang tua, sebab keridhoan Allah Swt. terletak pada keridhoan mereka, terutama ibu.
Ibulah yang telah mengajar dan mendidik sejak kecil, bahkan sejak lahir, bahkan lagi sejak kita masih dalam rahimnya.
Kedua orang tua, terutama ibu, adalah pengajar dan pendidik utama anak-anaknya di dalam kehidupan (terutama di rumah). Kita sebagai guru, membantu mengajar dan mendidik anak-anak di sekolah atau di pesantren.

Kamis, 10 Januari 2013

artikel: BUKANKAH KITA INGIN BAHAGIA?


(Kamis,10 Januari 2013 M/ 27 Shafar 1434 H) malam 11: 23
BUKANKAH KITA INGIN BAHAGIA?
Hidup bahagia adalah idaman kita semua. Tidak ada satu makhluk hidup pun yang ingin hidupnya sengsara.
Belajar bagaimana caranya untuk hidup bahagia, sebenarnya sudah dimulai sejak saat usia belia. Saat setiap muslim, mulai belajar Al-Qur’an. Belajar melalui lima ayat pertama Al-Qur’an Surat Al-Baqarah.
Kita kutip terjemahnya: “(1) Alif laam miim. (2) Itulah Al-Qur’an tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi yang bertaqwa. (3) Yaitu yang beriman pada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan . (4) Mereka beriman pada Al-Qur’an yang diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum kamu, serta mereka yakin akan kehidupan akhirat. (5) Mereka tetap mendapat petunjuk dari Allah, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Orang-orang yang beruntung adalah orang-orang yang bahagia. Mereka beriman pada yang ghaib. Kekuatan ghaib yaitu suatu kekuatan di luar kuasa manusia.
Orang yang beriman, yakin adanya kekuatan yang ghaib itu. Setelah yakin, lalu ia akan melakukan sesuatu. Ia akan bertindak.
Dalam setiap tindakan pasti ada akibat. Tindakan positif yang dilakukan berdasarkan keyakinan akan menghasilkan sesuatu yang positif dan bermanfaat. Misalnya seseorang akan mendapatkan hadiah atau upah, akibat buah dari hasil kerja positif yang ia lakukan.
Tindakan yang dilakukan seseorang dengan memanfaatkan potensi yang telah diterima dari-Nya, berarti orang tersebut telah menuju kearah hidup bahagia.
Banyak potensi yang bisa dimanfaatkan; baik potensi yang ada pada diri kita sendiri. maupun potensi alam yang ada.
Potensi yang ada pada diri kita sendiri, bukankah kita telah diciptakan-Nya dengan sempurna. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, (QS.95/At Tiin: 4).
Apalagi jika kita terlahir tidak ada cacat. Punya otak untuk berpikir, punya mata untuk melihat (tidak buta), punya telinga untuk mendengar (tidak tuli), punya mulut untuk bicara (tidak bisu), punya tangan dan kaki untuk bekerja.
Dalam memanfaatkan potensi alam, orang minang mengatakan:
Batanam sagalo nan bapucuak. Paliharo sado nan banyao. Nan lunak tanami padi. Nan kareh jadikan ladang. Nan bancah palapeh itiak. Ganangan lapehkan ikan.
Kalau kita sudah berusaha, dan telah memanfaatkan segala potensi yang ada, maka akan ada hasilnya. Besar atau kecil hasil yang diperoleh, kita harus tetap bersyukur (selalu bersyukur)..
Sebaliknya, jika belum berhasil, kita bersabar. Mungkin ini cobaan atau ujian dari Allah Swt. Sebagaimana Firman-Nya:
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (Q.S.2/Al Baqarah: 155).
Yakinlah bahwa: Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas, (QS.2/Al Baqarah: 212).
Jika kita renungkan lebih mendalam tentang kebahagiaan, maka sebenarnya kita telah bahagia. Sebab selain kita telah diciptakan dengan sempurna, kita juga telah diberi-Nya berbagai macam nikmat. Bersyukurlah! Jangan lagi mengeluh.
Kalau kita ingin lebih bahagia lagi dari apa yang kita alami seperti sekarang ini, maka usahalah yang lebih sungguh-sungguh dan selalulah berdoa, Robbana atina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wakina azabannar. Artinya: Ya Allah bahagiakanlah kami hidup di dunia dan bahagiakanlah kami hidup di akhirat serta jauhkanlah kami dari azab api neraka. Amiiin.
Insya-Allah kita akan hidup bahagia.   

Rabu, 09 Januari 2013

artikel: Hindari Musibah dengan Bersyukur


HINDARI MUSIBAH DENGAN BERSYUKUR
YAFSHIL ISMAL
(Guru IPA SMPN 1 Baso dan SMP Tahfizhul Qur’an Balai Gurah Ampek Angkek)


Berbagai musibah telah datang kepada umat di dunia ini, lantaran banyak di antara umat yang tidak bersyukur kepada-Nya. Termasuk negeri yang kita cintai ini, telah ditimpa: tsunami, gempa bumi, dan wabah, serta banyak lagi musibah lainnya.
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepada mu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sungguh azab-Ku sangat pedih, (QS. Ibrahim: 7).
Musibah dapat dihindari dengan bersyukur kepada-Nya. Tanda orang yang bersyukur (beriman dan bertakwa), mereka meramaikan dan menghidupkan masjid-masjid.
Tiada suatu azab pun yang didatangkan oleh Allah Swt. kepada suatu penduduk bumi, melainkan azab tersebut tidak akan mengenai orang-orang yang menghidupkan masjid-masjid.
Yang dimaksud dengan meramaikan dan menghidupkan masjid-masjid ialah orang-orang yang selalu mengerjakan ibadah di dalam masjid sehingga masjid tampak ramai dan hidup, tidak sepi.
Sesungguhnya Allah Swt. apabila menurunkan azab dari langit kepada penduduk bumi, maka azab tersebut dihindarkan dari orang-orang yang meramaikan masjid-masjid, (Riwayat Asakir melalui Anas r.a.).
Abu Darda r.a. berkata, “Kebiasaan Rasulullah saw, apabila terjadi angin bertiup sangat kencang (angin ribut), beliau terlihat cemas, kemudian segera pergi ke masjid”.
Aisyah r.a. berkata, “Apabila terjadi mendung, awan hitam, dan angin kencang, wajah Nabi saw. yang biasa memancarkan nur, akan terlihat pucat karena takut kepada Allah.”
Aisyah r.a. berkata lagi, “Apabila hujan mulai turun, maka wajah Nabi saw. menjadi ceria. Saya bertanya kepada beliau, “Ya Rasulullah, apabila terlihat awan mendung semua orang merasa gembira karena menandakan hujan akan turun, tetapi mengapa engkau justru terlihat cemas?” Beliau menjawab, “Wahai Aisyah, bagaimana saya dapat meyakini bahwa angin kencang dan awan mendung itu tidak akan mendatangkan azab Allah? Kaum ‘Ad telah dibinasakan oleh angin topan. Ketika mereka melihat awan mendung, mereka merasa gembira karena mengira akan segera turun hujan. Padahal bukan hujan yang turun, melainkan azab Allah untuk membinasakan mereka.”
Inilah contoh tauladan Nabi bagi kita. Lihatlah diri kita yang bergelimang dengan dosa, jarang merasa takut apabila terjadi gempa bumi, angin topan, dan lainnya. Hanya sedikit yang bertaubat dan mengerjakan shalat ke masjid.
Segala musibah, tidak ada seorang pun yang menginginkannya, tetapi itu semua datang dari Allah Swt.  
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, Yaitu  orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un” (artinya: sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali), (QS. Al-Baqarah: 155-156).
Musibah merupakan ujian untuk mengingatkan manusia kepada-Nya dan untuk membersihkan diri manusia dari dosa.
Ujian berguna untuk ke arah yang lebih baik, ibarat anak sekolah akan naik ke kelas yang lebih tinggi, apabila lulus dalam ujian. Ujian yang datang kepada seorang hamba Allah, adalah untuk meninggikan derajat hamba Allah yang bersangkutan.
Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia memberinya cobaan supaya Allah mendengar tadharru’-nya (rintihan meminta kepada-Nya), (Riwayat Baihaqi melalui Abu Hurairah r.a.).
Marilah beribadah di dalam masjid! Agar masjid-masjid ramai, dipenuhi orang-orang yang zikir, shalat, dan membaca Qur’an. Ini sebagai tanda syukur kepada-Nya. Sehingga musibah terhindar dari kita, yang datangnya tiba-tiba.