ASSALAMU’ALAIKUM; UCAPAN PEMINTA-MINTA?
Oleh Yafshil Ismal, S.Pd
(Guru IPA di SMPN 1 Baso dan di SMPS TahfizhulQur’an Balai Gurah Ampek Angkek)
Ada orang yang berpendapat, ucapan salam pada akhir-akhir ini tidak perlu
lagi diucapkan apabila berkunjung ke rumah orang lain. Alasannya, sudah banyak
yang mempunyai bel tamu di depan pintu rumah mereka. Malah ada bel tamu yang bisa
berbunyi “Assalamu’alaikum.”
Kata mereka lagi, “Kelihatannya seperti orang minta-minta yang selalu
mengobral assalamu’alaikum.”
Pernah teman menyampaikan pengalamannya kepada penulis, sewaktu ia bertamu
ke rumah orang lain, sebagai berikut:
Pada waktu itu aku baru balik
dari masjid, selesai shalat berjamaah.
Karena ada suatu keperluan yang akan disampaikan kepada seseorang yang
bertempat tinggal tidak jauh dari masjid, maka aku langsung ke rumahnya.
Di teras depan rumah, aku
mengucapkan salam. Sebentar aku menunggu, dengan harapan ada orang yang
menjawab. Tetapi tidak ada jawaban. ”Apakah orang di dalam rumah tidak
mendengar ucapan salam, atau aku yang
tidak mendengar jawaban?” Tanya ku dalam hati.
Aku mengulangi ucapan salam, hingga yang ke
tiga kalinya. Tak lama kemudian keluar seorang anak, lalu berkata: “Maaf dulu
pak!” Anak itu dengan cepat berlalu dari hadapanku. Ia kembali masuk ke dalam
rumah.
“Astagafirullah!” Seruku perlahan.
Aku termenung sebentar dan berfikir tentang kejadian barusan, apa gerangan yang
menyebabkan anak tadi mengatakan “Maaf dulu pak!”
Kemudian aku menyadari, aku
sedang memakai sarung dan berkopiah, serta mengucapkan assalamu’alaikum. Anak
itu mungkin berpikiran, bahwa aku adalah peminta-minta.
Peristiwa lain, yang pada pokoknya menghubungkan assalamu’alaikum dengan
ucapan orang minta-minta, yaitu mereka menjawab dengan “Maaf dulu pakiah”
Apakah jawaban ini mencemooh atau berseloroh? Padahal belum dijawab dengan
wa’alaikum salam.
Malah ada orang yang berpendapat, assalamu’alaikum bisa diganti dengan
ucapan lain, seperti selamat pagi, selamat siang, dan selamat malam.
Mengucapkan salam adalah sunat, sedangkan menjawabnya adalah wajib.
Untuk itu renungkanlah perkataan ulama berikut ini:
Penghormatan orang Nashara
dengan meletakkan tangan di mulut, orang
Yahudi lewat berisyarat dengan jari, orang Majusy dengan menyondongkan badan,
orang Arab lewat ucapan “Hayyaakalaahu” (Semoga Allah memberikan penghormatan
kepadamu). Penghormatan orang beriman dengan ucapan: Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakaatuh. Inilah penghormatan yang paling mulia atau paling
baik. (Usman Alkhaibawi. Durratun Nasihin. Almunawar, Semarang,
Jld. I hal.217).
Terjemahan qur’an dan hadis berikut, dapat dijadikan pedoman:
Jika kamu diberi
penghormatan atau salam, maka balaslah dengan yang lebih sempurna, atau dengan
yang setimpal. (QS. 4:
86).
Dibawakan oleh Anas dll, bahwa Rasulullah Saw. silaturahmi kepada kaum
Anshar. Suatu hari Rasulullah Saw. datang
ke rumah Sa’ad bin Ubadah. “Assalamu’alaikum warahmatullah” Ucap beliau.
“Wa’alaikum salam warahmatullah” Jawab Sa’ad dengan perlahan. Sehingga
Rasulullah tidak mendengarnya. Rasulullah mengulangi salam sampai tiga kali.
Sa’ad pun menjawab sebanyak itu pula. Namun tetap dengan perlahan sehingga
tidak terdengar oleh Rasullullah.
Sudah menjadi kebiasaan
Rasulullah untuk tidak mengulangi salam lebih dari tiga kali. Nabi berbalik
hendak pulang. Sa’ad menyusul seraya berkata:
“Demi Allah, ya Rasulullah.
Tiap kali baginda mengucap salam, tiap kali pula saya jawab. Saya sengaja
menjawab dengan suara perlahan agar baginda tak mendengar dengan harapan
baginda lebih banyak lagi mengucapkan salam untuk kami. Kami berharap banyak
memperoleh berkah karenanya. Kini, silakan masuk ya Rasulullah.” (Riwayat Ahmad, Ibnu ‘Asakir, Abu Daud,
dll).
Jelas bagi kita, “Assalamu’alaikum” adalah ucapan penghormatan bagi orang
muslim yang wajib dijawab, dan sebagai doa yang hendaknya disyiarkan. (Pernah dimuat di "GANTO" Koran Kampus IKIP/UNP).